Konsep darikaleng krim kocokberasal dari abad ke-18, ketika krim dikocok dengan tangan menggunakan pengocok atau garpu hingga mencapai kekentalan yang diinginkan, sebuah proses yang memakan waktu dan menuntut fisik. Prototipe silinder inflasi otomatis sebenarnya berasal dari perangkat mekanis di Perancis pada abad ke-18.
Pada abad ke-20, nitrogen (terutama gas tertawa N2O) menjadi gas berbusa krim yang ideal karena kelarutannya dalam lemak. Ini mengembang saat dilepaskan ke dalam krim, menciptakan tekstur yang ringan dan halus. Pada pertengahan abad ke-20, fungsi peregangan dan pencambukan nitrogen pada krim mulai dikomersialkan, dan dengan cepat menjadi populer di industri katering, terutama di kafe dan restoran, dan kenyamanannya mulai dikenal luas.
Seiring meningkatnya permintaan, produksi tabung krim kocok menjadi lebih terstandarisasi, dan ukuran standar untuk pengisi daya sekali pakai ditetapkan sebesar 8 gram N2O, cukup untuk membuat satu liter krim berlemak tinggi. Selama beberapa dekade, desain inflator dan dispenser terus berkembang, menjadi lebih ramah pengguna, efisien, dan estetis. Dari segi material, baja tahan karat menjadi populer karena daya tahannya, higienis, dan tampilannya yang halus.
Kartrid krim kocok masa kini ramah lingkungan, dengan beberapa merek mengeksplorasi kartrid yang dapat digunakan kembali atau didaur ulang untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan. Pada saat yang sama, dengan munculnya e-commerce, pembelian kartrid tiup dan dispenser secara online menjadi lebih umum. Menanggapi setiap insiden pelecehan dan kecelakaan, peraturan keselamatan menjadi semakin ketat, sehingga mendorong produsen untuk meningkatkan desain guna memastikan penggunaan yang lebih aman dan memberikan panduan penggunaan yang lebih jelas.
Meskipun N2O banyak digunakan dalam memasak, penggunaannya untuk tujuan rekreasi dan rekreasional menimbulkan risiko kesehatan, dan kontroversi seputar penyalahgunaannya semakin meningkat. Oleh karena itu, pemerintah di banyak daerah telah mengatur penjualan kartrid nitrogliserin. Meskipun gas tertawa telah menjadi hal yang lazim dalam dunia kuliner, hal ini memerlukan kesadaran yang memadai akan potensi bahayanya dan penggunaannya secara bertanggung jawab